Kebermaknaan suatu materi pelajaran adalah ketika dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.
–Pak Syabar–

Sepuluh tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk pengalaman mengajar bagi seorang guru matematika seperti saya. Berjarak 176 km dari tempat tinggal di daerah Kubu Raya, harus pulang pergi sepekan sekali meninggalkan keluarga menuju tempat tugas di Kabupaten Landak, tepatnya di MTs Negeri Landak. Bukan tentang diri yang akan saya ceritakan. Namun, tentang kenikmatan mengajar matematika di madrasah dengan beragam cerita menghiasinya yang mengajarkan bahwa kecintaan itu tumbuh karena ada pengorbanan.
Ketika ingin merasakan buah cinta dari mengajar matematika, maka ilmu manajemen patut untuk diterapkan. Selain perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang maksimal, proses evaluasi yang terukur juga mutlak dilakukan. Proses pengamatan dan evaluasi diri terus dilakukan selama 10 tahun ini terhadap tipe dan gaya saya mengajar matematika di MTsN Landak ini. Secara pribadi saya menyimpulkan bahwa tipe mengajar seperti juru taman melekat dalam diri ini. Juru taman yang membajak tanah dan menanam benih-benih kecintaan untuk belajar pada anak didik saya.
Untuk mendukung kesimpulan tersebut saya sampaikan beberapa peristiwa atau kejadian yang menjadi kebiasaan mengajar di kelas. Pertama, menanamkan kalimat motivasi kepada anak didik bahwa matematika adalah pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Banyak survey menyebutkan bahwa menurut peserta didik, matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. Alasan mereka karena terlalu banyak hitungannya dan gaya mengajar guru yang kurang menarik.
Maka dari itu, saya selalu tanamkan kepada anak didik bahwa matematika itu mudah dan menyenangkan. Tidak ada yang sulit dalam matematika. Dengan senantiasa menanamkan hal tersebut, alam bawah sadar anak-anak didik akan terprogram bahwa mereka senang dengan matematika dan matematika itu pelajaran yang mudah.
Kedua, menyertakan games atau permainan dalam bentuk ice breaking di sela-sela pembelajaran matematika. Belajar matematika sambil bermain atau menyertakan permainan saat belajar matematika akan otomatis membuat siswa senang dan cinta dengan matematika. Perasaan senang dan bahagia akan memudahkan mereka menyerap materi pelajaran. Bagi saya, perasaan bahagia akan membawa suasana belajar yang menjadi menyenangkan, tidak stress, serius tapi tetap santai. Terbukti, anak-anak yang telah diberikan ice breaking di awal, tengah atau akhir pembelajaran akan memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Ketiga, menggunakan beragam model pembelajaran saat mengajar. Para ahli pendidikan telah banyak menciptakan model-model pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Mulai dari jigsaw, Snow Ball Throwing, Thing Pair Share, Number Head Together dan lainnya. Terbukti kalau selama ini banyak guru yang masih menggunakan model ceramah ketika mengajar yang tentu akan membuat siswa bosan ketika mengikuti pembelajaran. Ketika saya berusaha mengganti model-model pembelajaran dari satu model ke model lainnya maka suasana belajar di kelas menjadi lebih hidup. Matematika terasa lebih menarik untuk dipelajari. Kemampuan belajar siswa semakin terasah karena kompetensi mereka dikembangkan.
Keempat, proses evaluasi belajar yang menyenangkan. Tugas, pekerjaan rumah atau ulangan harian merupakan bentuk evaluasi yang standar dalam pembelajaran. Bagaimana kalau dikemas dengan hal yang menarik dan berbeda ? tentu akan membuat cita rasa yang disukai anak didik. Di zaman yang serba cepat, dan mudah ini, saya berusaha memberikan proses evaluasi yang ringkas namun tetap menjaga integritas. Sebagai contoh, ulangan harian yang boleh membuka catatan maupun buku paket (open book). Ini sangat disukai anak-anak, namun saya menekankan aturan yang ketat bahwa tidak boleh menyontek sesama temannya. Lain lagi dengan ulangan harian atau penugasan menggunakan gawai. Adanya beragam aplikasi kuis daring (online), semakin membuat anak didik semangat belajar.
Kelima, menghubungkan matematika dalam kehidupan nyata. Selalu ada korelasi antara lingkaran dengan ban sepeda, balok dengan bak air, kerucut dengan nasi tumpeng, tabung dengan kaleng susu, ataupun data buku perpustakaan dengan statistik. Semakin banyak menggali keterhubungan matematika dengan dunia nyata, akan memudahkan mereka mengaplikasikan pelajaran yang diterima di kelas dengan kehidupan sehari-hari.
Kebermaknaan suatu materi pelajaran adalah ketika dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Adanya keterhubungan ini tentunya akan semakin membuat anak didik senang dengan matematika. Dari senang tentu harapannya kelak mereka akan jatuh cinta dengan matematika. Semoga!